Jumat, 16 Desember 2011

Oooo my Secret Admirer

Hari ini, lagi-lagi kudapati kau tersenyum menatapku diam-diam. Aku tahu, sedari tadi yang kau perhatikan bukan guru di hadapanmu, tapi aku. Aku yang duduk tak jauh di belakangmu. Aku yang sesekali mengalihkan pandanganku dari guru hanya untuk memperhatikanmu. Aku yang kau senyumi beberapa kali hari ini.
Tiga tahun aku pendam perasaan ini. Aku ingin tertawa mengingat waktu yang ku gunakan untuk menyukaimu dalam diam. Aku ingin menangis mengingat semua yang sudah ku lakukan demi menginginkanmu dekat denganku. Aku dulu seperti orang bodoh. Seperti orang gila. Ya! Memang kenyataannya gila. Aku tergila-gila padamu. Sungguh, ini sangat di luar logika.
Aku punya banyak cara untuk mendapatkan semua informasi tentang dirimu yang masih misteri bagiku. Aku melakukan hal bodoh itu cukup lama. Mengagumimu hanya dari jauh, tanpa punya satu saja alasan untuk mendekatkan diriku padamu.
Aku, ternyata terlalu naif mengira dirimu akhirnya bisa luluh padaku. Beberapa kali aku kau bawa terbang tinggi. Tapi ternyata kau membawaku terbang hanya untuk menjatuhkanku. Termasuk hari ini, saat kau tersenyum padaku. Tak dapat kulukiskan dengan jelas perasaanku hari ini. Ingin rasanya membalas senyumanmu. Tapi aku takut terjatuh lagi. Pada akhirnya aku hanya bisa mengalihkan pandanganku. Aku hanya bisa mengacuhkanmu.
Bagaimana tidak? Detik ini, menit ini, kau milik seseorang. Seorang gadis cantik. Adik kelas kita. Pintar. Memesona. Sangat berbeda denganku. Sangat standarmu. Sangat serasi denganmu.
Beberapa kali aku memergoki kalian bertemu di luar jam pelajaran. Kalian sungguh serasi. Cantik dan tampan. Kalian meninggalkanku dalam tangis yang kusimpan sendirian.
Aku tau, aku sadar sepenuhnya. Aku tak akan mungkin bisa bersanding denganmu. Lalu, apa maksud senyuman misteriusmu selama ini? Mengapa kau harus menatapku diam-diam? Mengapa kau harus menjaga bicara dan tingkahmu di depanku? Mengapa kau menjatuhkanku di atas ketinggian? Mengapa harus kau yang kusayangi dalam waktu selama ini? Mengapa harus aku yang merasakan sakit ini sendirian? Mengapa harus kau, yang kucintai dalam diam?

0 komentar:

Posting Komentar