Senin, 02 April 2012

SAAT IP KU GAK SAMPE TARGET

spesial buat aku yang lagi DOWN karna Indeks Prestasi aku ga mencapai target .. huhhuh

Wake Up ... pleassee my

selembar kertas ini >>>>>

ada 3 mata kuliah yang membuat aku malu untuk menghadap bos ku. 

sebuah perjanjian saata awal masuk kuliah. Bos ku akan membantu untuk biaya kuliah 
Jika IP ku minimal 3.00

*****
Ip sudah keluar aku hanya dapat 3.08 minimal bangat yaaa 
cuma ALLAH masih sayang sama aku 
masih ada harapan untuk lebih baik dari semester sebelum nya 

*** 
Balancing antara KERJA , KULIAH, dan Usaha baju kecil2lan bukan lah hal yang mudah.. 


jujur siihh 
aku gak pernah belajar rutin 
kalo ada UAS ajaa belajar nya 
itu pun porsi nya sedikit
jadii wajar kali yaa IP ku gakk lebiih dari 3.5 .. hehhehe



ya sudahlahh 
masih ada REMEDIAL untuk memperbaiki nya 

Mungkin kemampuan ku cuma segitu 
^_^
Wake UP maniisss 

di bawah ini sebiah artikel penyemangat
buat kamu yang IP nya kecil
gak usah minder
ataupun
merasa rendah diri :)
keep spirrit guyss
^_^

Tidak Menilai Masa Depan Mahasiswa Berdasarkan IPK

Bagi mahasiswa, IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) itu sangat penting. IPK dianggap sebagai performance akademik seorang mahasiswa. Bagi yang memiliki IPK tinggi tentu merasa bangga dan makin percaya diri, sebaliknya bagi yang IPK-nya pas-pasan tentu merasa minder, rendah diri, dan sebagainya. Anggapan semacam itu tidak salah, sebab IPK memang merupakan ukuran pencapaian akademik seorang mahasiswa. Sah-sah saja mereka berlomba mencapai IPK yang tinggi, mahasiswa memang didorong untuk meraih nilai yang baik. Banyak keuntungan yang diperoleh dengan IPK bagus, misalnya unggul dalam seleksi melamar pekerjaan (seleksi tahap pertama berdasarkan IPK), mudah mendapat beasiswa S2, dan sebagainya.
Tetapi IPK bukanlah satu-satunya penentu kesuksesan masa depan. Ada banyak faktor yang menentukan keberhasilan seseorang dalam mengarungi kehidupan. Kemampuan bersosialisasi, berkomunikasi, membangun jaringan pertemanan, menghargai, rasa empati, dan sederet softskill lainnya lebih menentukan sukses tidaknya seseorang dalam kehidupan. IPK adalah nomor sekian, yang baris atas justru kemampuan2 softskill di atas. Baiklah, saya tidak akan membahas perdebatan tentang softskill vs hardskill, sudah banyak tulisan yang memuat tentang dua hal ini.
Saya ingin membahas mahasiswa saya yang “terpinggirkan”, yang sering dipandang sebelah mata oleh teman lainnya karena yang bersangkutan sering tidak lulus banyak mata kuliah dan IPK-nya pas-pasan. Mereka yang “bernasib malang” itu ada yang terpaksa drop out kuliah karena sudah melewati batas waktu studi, tetapi ada juga yang bisa lulus dengan waktu maksimal (6 sampai 7 tahun).
Jujur saja saya tidak menilai mahasiswa tersebut sebagai orang yang “suram”. Saya bukan peramal nasib, sebab nasib dan jalan hidup seseorang sudah digariskan oleh Yang Di Atas. Saya percaya mahasiswa seperti ini tidak akan selamanya mempunyai kinerja buruk. Sebagian dari mereka akan bangkit dari keterpurukan setelah lulus dari ITB. Motivasi mereka melecut untuk tidak boleh jelek untuk kedua kalinya. Saya menemukan beberapa mahasiswa saya yang dulu dipandang sebelah mata sekarang banyak yang sukses dengan usahanya (ini jika kesuksesan diukur dari materi). Bahkan, saya berdecak kagum ketika salah seorang dari mereka pamit kepada saya akan mengambil program PhD di Jerman, padahal ketika kuliah dia bukan “siapa-siapa”, IPK-nya hancur-hancuran.
Karena itu, saya tidak ingin mahasiswa pesimis dalam hidup. Hidup itu harus dibangun dengan semangat optimisme. Kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda. Selama orang masih tetap mau berusaha dan berjuang, di situ pasti ada jalan terbentang. Yang penting harus punya kemauan, itu kunci utamanya. Selagi masih hidup maka masih ada asa. Kalau sudah mati, maka …wassalam, tamatlah sudah.

SUMBE artikel di atas : http://rinaldimunir.wordpress.com/2012/01/03/tidak-menilai-masa-depan-mahasiswa-berdasarkan-ipk/

0 komentar:

Posting Komentar